-
Damian Mellifont, Jennifer Smith-Merry
This research explored how neurotypical adults’ decision-making processes, when influenced by emotions of joy and fear, reveal underlying biases that have social justice implications for neurodivergent individuals. Neurodivergent adults are often stereotyped as irrational and unpredictable which means that ‘neurotypical’ adults are positioned as rational in response. This research examined rationality in relation to the risk-reward decision making of neurotypical adults and critically considered the social justice implications of these findings for neurodivergent people. Specifically, our mixed method study based in experimental philosophical methodology has investigated: a) whether attempts at evoking the emotions of joy and fear respectively across two decision scenarios, each with identical risks of death and monetary rewards, can influence the decision-making scores of neurotypical adults; b) the ways in which study participants explained their decisions; and c) the social justice implications of study findings for neurodivergent people. Results showed that the evocation of fear significantly impacted the rational decision-making abilities of neurotypical individuals, revealing a susceptibility to emotional manipulation. Themes and sub-themes explaining study participants’ decision making included: beliefs (low risk, high reward, simplicity, equal risks); emotions (enjoyment, fear); prior experiences; and constraints (information deficit, reward deficit; psychological cost; ethical). We conclude by discussing the social justice implications of the results in relation to the assumed rationality of neurotypical people, or irrationality of neurodivergent people.
-
Asmawati Asmawati, Hasbi Marissangan, Rahmat Muhammad
Abstract
The Ma'balla tradition is a typical banquet during the kenduri ceremony which uses teak leaves as a container to place the food served to guests. This tradition is carried out by the community, especially in Ranga Village, Enrekang District, Enrekang Regency. This typical banquet has become an integral part of local community life which marks special rituals, both joyful and sorrowful events. This research describes the social actions of the community in implementing the ma'balla tradition by paying attention to cultural values, religion and social norms of the community. This research uses a descriptive qualitative method that collects data by means of participatory and non-participatory observation, in-depth interviews and documentation. The seven informants in this research consisted of Indo Gurutta (Village Imam), Ada' (Traditional Leader), Pattawa (Food Distributor), Indo Deppa (Women who took care of the distribution of cakes), the local government and the community who had an important role in the implementation. tradition. This research identifies three main actions of the community in implementing traditions, namely community participation, respect for traditions and maintaining the use of teak leaves. Interaction between communities is depicted in four social actions, namely traditional actions involving cooperation, mutual cooperation, and efforts to preserve Ma'balla as an ancestral heritage. People's affective actions consider Ma'balla to be something valuable and must be preserved, then the value rationality action shows that people carry out Ma'balla based on the value of caring because they consider it a form of alms. The instrumental rational actions of society are reflected in the use of teak leaves as a consideration of aesthetic and practical values, traditional actions are depicted in.
Abstrak
Tradisi Ma’balla merupakan sebuah jamuan khas dalam upacara kenduri yang menggunakan daun jati sebagai wadah untuk menaruh makanan yang disajikan kepada tamu. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat khsusunya di Desa Ranga Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, jamuan khas ini telah menjadi bagian integral di kehidupan masyarakat setempat yang menandai ritual khusus baik itu acara sukacita maupun kedukaan. Penelitian ini menggambarkan tindakan sosial masyarakat dalam pelaksanaan tradisi Ma’balla dengan memperhatikan nilai-nilai budaya, agama dan norma sosial masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deksriptif yang melakukan pengumpulan data dengan cara observasi partisipatif dan nonpartisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini sebanyak tujuh terdiri dari Indo Gurutta (Imam Kampung), Ada’ (Ketua Adat), Pattawa (Pembagi makanaan), Indo Deppa (Ibu-ibu yang mengurus pembagian kue), Pemerintah setempat dan Masyarakat yang memiliki peran penting terhadap pelaksanaan tradisi. Penelitian ini mengidentifikasi tiga tindakan utama masyarakat dalam pelaksanaan tradisi yakni partisipasi masyarakat, penghargaan terhadap tradisi dan mempertahankan penggunaan daun jati. Interaksi antarmasyarakat tergambarkan dalam empat tindakan sosial yakni tindakan tradisional yang melibatkan kerjasama, gotong royong, dan upaya melestarikan Ma’balla sebagai warisan leluhur. Tindakan Afektif masyarakat menganggap Ma’balla adalah sesuatu yang berharga dan harus dilestarikan, kemudian tindakan rasionalitas nilai menunjukkan bahwa masyarakat melaksanakan Ma’balla didasarkan nilai kepedulian karena menganggapnya sebagai bentuk sedekah. Tindakan rasional instrumental masyarakat tercermin dalam penggunaan daun jati sebagai pertimbangan nilai estetika dan kepraktisan, tindakan tradisional digambarkan dalam
-
Muhammad Al-khahfi Akhmad, Ramli AT, Sawedi Muhammad
This study explores the phenomenon of teenagers' digital identity duality through the use of main and second accounts on Instagram social media. Using a mixed-methods approach, this study reveals the motivations, impression management strategies, and psychological and social impacts of this practice. The results showed significant differences in self-expression, impression management, self-disclosure, and self-promotion between main and second accounts. Qualitative findings reveal adolescents' motivations for creating a Second account as an expressive space separate from the idealized self-image on the main account, as well as their efforts in negotiating digital identity to fit social norms and the need for self-authenticity. This study reveals the complexity of dynamics in adolescents' identity construction in the digital world, where they attempt to balance the projection of a public self-image with authentic self-expression through the use of multiple accounts. This research contributes to the understanding of how adolescents navigate social pressures and the need to be fully recognized in the context of social media.
Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi fenomena dualitas identitas digital remaja melalui penggunaan akun utama dan akun kedua (second account) di media sosial instagram. Dengan menggunakan pendekatan mixed-methods, studi ini mengungkap motivasi, strategi pengelolaan kesan, serta dampak psikologis dan sosial dari praktik ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam ekspresi diri, manajemen kesan, self-disclosure, dan promosi diri antara akun utama dan second account. Temuan kualitatif mengungkap motivasi remaja membuat Second account sebagai ruang ekspresif yang terpisah dari citra diri ideal di akun utama, serta upaya mereka dalam menegosiasikan identitas digital agar sesuai dengan norma sosial dan kebutuhan autentisitas diri. Studi ini mengungkapkan kompleksitas dinamika dalam konstruksi identitas remaja di dunia digital, di mana mereka berupaya menyeimbangkan proyeksi citra diri publik dengan ekspresi autentik diri melalui penggunaan akun ganda. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana remaja menavigasi tekanan sosial dan kebutuhan untuk diakui secara utuh dalam konteks media sosial.
-
Mohammad To'at, Dwia Aries Tina Pulubuhu, Rahmat Muhammad
This study aims to analyze the use of QRIS as a digital payment alternative for young people and explore the factors influencing its adoption among students. This study used a quantitative approach with a descriptive research type. The population in this study were students enrolled in the Master of Sociology Program at Hasanuddin University. The sampling technique in this study was a probability sampling method, with the type of method used being total sampling, where the sample size was the same as the population with a total research sample of 86 people. The results of this study indicate that: first, the level of awareness respondents towards the use of the QRIS application as a transaction method is in the “Enough” category with a TCR of 60.093; second, QRIS functions as a social fact that maintains social order by reducing criminal acts & building trust between individuals; third, there are five stages of the innovation diffusion process in the practice of using the QRIS application among students, namely the introduction, persuasion, decision, implementation, & confirmation stages. Digital awareness in using the QRIS application among respondents involves seven main aspects: posthumanism, human-machine interaction, digital aesthetics, fluidity of identity & consciousness, technology & the evolution of consciousness, transcendence of physical boundaries, & interdisciplinarity.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis penggunaan QRIS sebagai alternatif pembayaran digital bagi anak muda dan mengeksplorasi faktor- faktor yang mempengaruhi adopsinya di kalangan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar di Program Magister Sosiologi ,Universitas Hasanuddin, dan Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode probability sampling dengan jenis Adapun jenis metode yang digunakan adalah total sampling dimana besar sampel sama dengan populasi dengan jumlah sampel penelitian yaitu sebanyak 86 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, tingkat kesadaran responden terhadap penggunaan aplikasi QRIS sebagai metode transaksi berada pada kategori “Cukup” dengan TCR sebesar 60,093; kedua, QRIS berfungsi sebagai fakta sosial yang menjaga keteraturan sosial dengan mengurangi tindakan kriminal dan membangun kepercayaan antar individu; ketiga, terdapat lima tahapan proses difusi inovasi dalam praktik penggunaan aplikasi QRIS di kalangan mahasiswa, yaitu tahapan pendahuluan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Kesadaran digital dalam penggunaan aplikasi QRIS di kalangan pemuda melibatkan tujuh aspek utama: posthumanism, interaksi manusia-mesin, estetika digital, fluiditas identitas dan kesadaran, teknologi dan evolusi kesadaran, transendensi batas fisik, dan interdisiplinaritas. Adopsi sistem pembayaran digital seperti QRIS di kalangan mahasiswa memiliki implikasi signifikan terhadap inklusi keuangan, keadilan sosial, dan pengurangan ketidaksetaraan
-
A Mappatunru, Sriwiyata Ismail Zainuddin
This study examines the political economy of the development of plantation capitalism in the palm oil sector in Mamuju Tengah Regency. Using a Marxist political economy approach operationalized through field research in two locations in Mamuju Tengah Regency (Rambulana and Bululana), the research reveals that the historical foundation of palm oil capitalism in this area began with a process of primitive accumulation, which dramatically dispossessed local residents of their land. The palm oil boom subsequently accelerated land conversion in the smallholder agricultural sector and drove farmers to expand their plantation scale through exclusionary processes occurring among relatives and neighbors, as well as between local residents and migrants (intimate exclusion). This exclusion underpins the emergence of inequalities in land ownership and control within the non-corporate palm oil plantation sector in Mamuju Tengah. Consequently, farmers have become differentiated into several classes: farmers capable of accumulating wealth on a large scale (capitalist farmers), farmers who can only achieve simple reproduction (medium farmers), farmers trapped in subsistence-level reproduction (poor farmers), and farmers reliant solely on wage relationships with capitalist farmers (wage labour). The study also shows that kegureman and ketunakismaan are distinct markers of rural poverty. Therefore, issues of sustainability in the non-corporate palm oil sector must be understood in terms of land ownership inequality.
Abstrak Tulisan ini mengkaji tentang ekonomi politik perkembangan kapitalisme perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Tengah. Melalui pendekatan marxist political economy yang dioperasionalisasi dalam penelitian lapangan (field research) di dua tempat di Kabupaten Mamuju Tengah (Dusun Rambulana dan Kampung Bululana), penelitian ini menunjukkan, bahwa basis sejarah perkembangan kapitalisme kelapa sawit di daerah ini diawali dari proses akumulasi primitif yang secara dramatis menyingkirkan warga lokal dari tanahnya. Boom kelapa sawit kemudian meningkatkan konversi lahan di sektor pertanian rakyat dan memicu petani untuk memperluas skala produksi kebunnya melalui proses penyingkiran yang terjadi antara kerabat dan tetangganya, antara warga lokal dan warga pendatang (intimate exclusion). Penyingkiran tersebut mendasari terjadinya ketimpangan dalam struktur pemilikan dan penguasaan lahan pada perkebunan sawit non-perusahaan di Mamuju Tengah. Akibatnya, petani mengalami diferensiasi ke dalam beberapa kelas; petani yang mampu mengakumulasi kekayaan dalam skala yang luas (petani kapitalis), petani yang hanya mampu melakukan reproduksi sederhana (petani menengah), petani yang terjebak dalam himpitan rerproduksi sederhana (petani kecil/petani gurem), dan petani yang hanya bergantung pada relasi upah dengan petani kapitalis (buruhtani/tunakisma). Penelitian ini juga menunjukkan, bahwa kegureman dan ketunakismaan adalah penanda khusus gambaran suram kemiskinan di pedesaan. oleh karena itu, masalah keberlanjutan dalam sektor kelapa sawit non-perusahaan harus diletakkan pada masalah ketimpangan penguasaan lahan.
-
Wa Ode Ratna Sarni, Buchari Mengge, Ria Renita Abbas
The research aims to provide a description of the influence of digital media on adolescent social behavior and the factors causing social deviation from adolescent social behavior in Malaku Village. The research approach used in this study is a qualitative approach using descriptive analysis research. The sampling used in this study was determined purposively, namely determining informants based on criteria determined by the researcher. From the results of the study, it was obtained that the form of social deviation in Malaku Village is divided into two, namely in nature and in scale of the perpetrators. In nature, social deviation carried out by adolescents in Malaku Village is negative social deviation. While in terms of the scale of the perpetrators, social deviation carried out by adolescents in Malaku Village is mixed social deviation. The strategy for preventing social deviation practices in adolescents in Malaku Village is to use digital literacy strategies and family function revitalization strategies.
Abstrak Penelitian bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai pengaruh media digital terhadap perilaku sosial remaja dan faktor penyebab terjadinya penyimpangan sosial dari perilaku sosial remaja di Desa Malaku. Pendekatan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive, yaitu menentukan informan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan peneliti. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa bentuk penyimpangan sosial di Desa Malaku terbagi dua yaitu secara sifat dan secara skala pelakunya. Secara sifat, penyimpangan sosial yang dilakukan oleh remaja di Desa Malaku adalah penyimpangan sosial negatif. Sedangkan secara skala pelakunya, penyimpangan sosial yang dilakukan oleh remaja di Desa Malaku adalah penyimpangan sosial campuran. Adapun strategi pencegahan praktik penyimpangan sosial pada remaja di Desa Malaku yaitu menggunakan strategi literasi digital dan strategi revitalisasi fungsi keluarga.