Abstract
This study analyzes PSM Makassar's success in winning the 2022–2023 Indonesian League 1 title using Pierre Bourdieu's social praxis theory framework. This study starts from a critical question: how do social structures, collective values, and power relations shape team performance in the professional football arena which is often influenced by resource inequality? . Using a qualitative case study-based approach with data collection through interviews, observations and document studies, this study examines the interaction between habitus, capital, and arena in shaping PSM's collective performance. The results of the study show that habitus—manifested in fighting spirit, hard work, team solidarity, and egalitarian culture—plays a role as the main foundation for PSM's success, beyond the limitations of physical infrastructure such as the absence of a main stadium. Capital, both tangible (facilities, logistics) and intangible (management credibility, coach experience, community support), strengthens the team's competitiveness in the competitive arena. This study offers a critical perspective on the sociology of sport by emphasizing the relationship between habitus and capital that can produce achievements in sports.
- Habitus
- Sport Sociology
- PSM Makassar
- Pierre Bourdieu
Abstract
Penelitian ini menganalisis keberhasilan PSM Makassar meraih gelar juara Liga 1 Indonesia musim 2022–2023 dengan menggunakan kerangka teori praksis sosial Pierre Bourdieu. Studi ini berangkat dari pertanyaan kritis: bagaimana struktur sosial, nilai-nilai kolektif, dan relasi kuasa membentuk performa tim dalam arena sepak bola profesional yang sering kali dipengaruhi oleh ketimpangan sumber daya? .Dengan pendekatan kualitatif berbasis studi kasus dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi document, penelitian ini mengkaji interaksi antara habitus, kapital, dan arena dalam membentuk performa kolektif PSM.Hasil penelitian menunjukkan bahwa habitus—berwujud dalam semangat juang, kerja keras, solidaritas tim, dan budaya egaliter—berperan sebagai fondasi utama keberhasilan PSM, melampaui keterbatasan infrastruktur fisik seperti absennya stadion utama. Kapital, baik tangible (fasilitas, logistik) maupun intangible (kredibilitas manajemen, pengalaman pelatih, dukungan komunitas), memperkuat daya saing tim di arena kompetitif. Penelitian ini menawarkan perspektif kritis sosiologi olah raga dengan menegaskan keterkaitan habitus dan modal mampu memproduksi prestasi dalam olahraga.
- Habitus
- Sosiologi Olahraga
- PSM Makassar
- Pierre Bourdieu
Access the full text by clicking the button below.
Read Full Text
References
Abubakar, D. (2011). Ramang macan bola. Makassar: Penerbit Identitas.
Abubakar, D. (2020). Satu abad PSM mengukir sejarah. Yogyakarta: Fandom.
Al-Qalyubi, S. S. (2018). An-Nawadir. Yogyakarta: DIVA Press.
Arfandy, M. F. (2023, Juni 2). Pemuda dalam dinamika sosial-politik Indonesia. Tribun Timur (Rubrik Opini).
Bellah, R. N. (2000). Beyond belief. Jakarta: Paramadina.
Blunden, A. (2021). Bourdieu on status, class and culture. In A. Blunden, Hegel, Marx and Vygotsky (pp. 387–401). Leiden: Brill.
Bourdieu, P. (1993). Arena produksi kultural. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Bourdieu, P. (2018). Structures, habitus, practices. In J. D. Faubion (Ed.), Rethinking the subject (pp. 31–45). Oxfordshire: Routledge.
CNN Indonesia. (2023, April 17). Bernardo Tavares Ungkap Kunci Sukses PSM. https://www.cnnindonesia.com
Darwis, A. M., & Harsono, Y. T. (2022). Hubungan antara fanatisme dengan perilaku agresi pada suporter sepak bola PSM Makassar. In Seminar Nasional Psikologi UM (pp. 165–177). Malang: Universitas Negeri Malang.
Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin. (2000). Fora, 1(2), Agustus.
Feagin, J. R., Orum, A. M., & Sjoberg, G. (2016). A case for the case study. North Carolina: UNC Press Books.
FIFA. (2023, April 21). PSM Makassar’s remarkable journey in Indonesia Liga 1. Diambil kembali dari https://www.fifa.com/fifaplus/en/articles/psm-makassars-remarkable-journey-in-indonesia-liga-1
Grenfell, M. (2015). Pierre Bourdieu on sport. In L. Mansfield, J. Caudwell, B. Wheaton, & B. Watson (Eds.), The Routledge handbook of the sociology of sport (pp. 61–71). London: Routledge.
Hadiwijaya, M. (2018). Suporter PSM Makassar: The Macz Man (2001–2015) (Disertasi Doktor, Universitas Negeri Makassar). Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Holland, M. M., & Ford, K. S. (2021). Legitimating prestige through diversity: How higher education institutions represent ethno-racial diversity across levels of selectivity. The Journal of Higher Education, 92(1), 1–30.
ISIS. (2000, Februari). POSTRA (Edisi 1). Jakarta: ISIS.
Jammer, M. (2002). Einstein and religion (H. A. Ma’ruf, Penerj.). Yogyakarta: Multi Solusindo. (Karya asli diterbitkan 2002)
Johnson, D. P. (1986). Teori sosiologi klasik dan modern. Jakarta: Gramedia.
Kamaruddin, I. (2011). Kondisi fisik dan struktur tubuh atlet sepakbola usia 18 tahun PSM Makassar. Jurnal Locomotor Pendidikan Jasmani, 3(1), 29–47.
Kataoka, E. (2017). Cultural prestige and classificatory systems as class habitus: Gendered “view” of culture and effect of intergenerational social mobility. Journal of the Faculty of Letters, 75, 105–133.
Kompas. (2022, Maret 31). PSM Selamat dari Degradasi Musim Lalu. https://www.kompas.com
Kompasiana. (2013, September 25). PSM Makassar klub terbaik se-Asia. Diambil kembali dari http://olahraga.kompasiana.com/bola/2013/09/25/psm-makassar-klub-terbaik-se-asia-595085.html
Kuckartz, U. (2019). Qualitative text analysis: A systematic approach. In G. Kaiser & N. Presmeg (Eds.), Compendium for early career researchers in mathematics education (pp. 181–197). Cham: Springer.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. (1994). Ulumul Quran (Edisi Khusus, No. 5–6, Vol. V).
Martin-Mazé, M. (2017). Returning struggles to the practice turn: How were Bourdieu and Boltanski lost in (some) translations and what to do about it? International Political Sociology, 11(2), 203–220.
Mengge, B. (2022, Desember). The core juara: Imajinasi sosiologis sepak bola dunia. Tribun Timur (Rubrik Opini).
Mohseni, A. (2022). The idea of capital in Bourdieu and Marx. Philosophical Papers, 51(2), 265–293.
Nawawi, I. (2018). Riyadhush Shalihin. Yogyakarta: DIVA Press.
Northcutt, N., & McCoy, D. (2004). Interactive qualitative analysis: A systems method for qualitative research. California: Sage.
Permadi, R. B. (2021). Analisis through pass pemain gelandang PSM Makassar pada kompetisi Shopee Liga 1 Indonesia (Skripsi, Universitas Negeri Jakarta). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
PSM Makassar. (2014, Januari 23). Sejarah klub. Diambil kembali dari https://web.archive.org/web/20140312213804/http://psmmakassar.com/www/sejarah-klub/
PT Liga Indonesia Baru. (2022, Agustus 3). Data Pendaftaran Pemain Liga 1 2022/2023. https://ligaindonesiabaru.com
Rijal, A. S., Syarifuddin, & Darmawati. (2023). Spirit siri’ na pacce: Telaah makna biaya away day suporter PSM Makassar yang timbul atas kecintaan terhadap klub. Innovative: Journal of Social Science Research, 3(3), 6019.
Syuhudi, M. I. (2018). PSM ku, PSM mu, PSM kita: Solidaritas suporter Makassar. Mimikri, 4(1), 106–121.
Sukatanya, Y., & Monoharto, G. (2000). Makassar doeloe, Makassar kini, Makassar nanti. Makassar: Yayasan Losari.
Spinks, H. (2021). You can’t sit with us: Habitus, capital and socio-economic background in the established status of university sport. Methodology, 3, 6.
Transfermarkt. (2023). Squad Market Value: Liga 1 Indonesia 2022–2023. https://www.transfermarkt.com
Warsa, A. W., & Bahfiarti, T. (2014). Fenomenologi perilaku komunikasi suporter fanatik sepakbola dalam memberikan dukungan pada PSM Makassar. KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 1–7.
Yahya, I. (2023, Februari). Wasathiyah: Modal sosial umat Islam dalam merawat keutuhan NKRI. Tribun Timur (Rubrik Opini).
Yang, Y. (2014). Bourdieu, practice and change: Beyond the criticism of determinism. Educational Philosophy and Theory, 46(14), 1522–1540.